Tulip Kuning


Tulip, bunga yang sangat indah. Kamu berdiri dengan kokoh dan elegan disana. Tulip yang dahulu tumbuh liar begitu saja, kini menjadi kesukaan banyak orang karena keanggunannya.Tulip yang memiliki warna beragam. Akan tetapi, ada satu warna tulip yang mengundang ku untuk melihat lebih dalam tentangnya. Ya, tulip kuning.
Kamu sungguh menyimpan berjuta kata yang tak terungkapkan. Bukan karna kamu lemah, tapi karena kamu mencintai sesuatu hanya dengan hati. Hanya dapat menyimpannya di dalam hati. Seorang wanita memang sebaiknya seperti tulip kuning ini. Menyimpan perasaannya dalam hatinya dan hanya dia yang tahu.
Tentang rasa cintanya, tentang rasa sukanya pada seseorang, yang tak ada harapan. Sekali lagi hanya kamu yang tahu. Hanya memandang dan melihatnya saja kamu akan sudah merasa senang. Kamu yang menunggunya setiap pagi, kamu yang menantinya siang hari, kamu yang ada di tempat itu hanya untuk melihatnya. Sungguh setia kau tulip kuning.
Kamu hanya bermimpi dia akan mengerti perasaan mu. Kamu hanya berharap bahwa dia merasakan hal yang sama juga. Tapi kamu begitu pengecut, bahkan hanya untuk memanggil namanya saja kau tak berani, bahkan hanya untuk memperlihatkan diri di depannya kau tak sanggup. Mungkin dia juga takkan pernah mengenal mu tulip. Dia sekarang yang sudah bersanding dengan orang lain. Dia tak pernah tahu bahwa kau selalu menunggunya.
Apa yang kau pikirkan? Apa yang kau lakukan saat dia telah menemukan belahan jiwanya? kamu hanya diam tertunduk, menangis di dalam kamar mu dan berkata "semoga kalian bahagia" dengan raut wajah yang dipaksakan untuk senang. Apa mereka akan tahu? Apa dia akan mengerti maksud dari kata-kata mu itu? Kau memang indah, kau memang cantik tapi kau pengecut.
Dia cinta pertama mu, dia yang selalu kau puja sepanjang hidup mu. Sekarang, dengan keadaan yang seperti ini kau akan tetap masih berharap? Kamu melihat mereka begitu bahagia, apa kamu akan tega membiarkan mereka menangis? apa kamu masih mampu melihat mereka hancur? apa kamu masih bahagia melihat mereka berpisah?
Cukup! Cukup sampai disini penantian mu. Ini bukan salah mereka! mereka tak tahu apa pun. Jangan korbankan mereka! Mereka bahkan tak mengenal mu! Abaikan saja. Pendam dan buang rasa itu jauh-jauh. Bukan kah itu yang biasa kau lakukan?
Entah dengan apa kau berusaha melupakannya, tapi cobalah!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Contoh Pidato Ketua Osis Dalam Rangka Perpisahan Kelas IX

29 Maret 2017

Tempat Singgah