SAHABAT PART 2


SAHABAT Part 2

Masih dengan topik seputar sahabat. Tapi belum mau bahas tentang sahabat-sahabat saya secara pribadi. Saya Cuma lagi pengen berbagi unek-unek tentang orang-orang yang dekat saya sekarang ini.
Saya selalu punya unek-unek, yang buruk ataupun yang baik. Karena nggak tahu mau bagi-bagi sama siapa, (karena temen-temen sibuk sama urusan dan pikiran masing-masing) jadi saya curhat saja sama kalian. :p
Saya yakin kalian punya sahabat. Mungkin lebih dari satu. Melihat definisi sahabat sendiri, adalah orang yang selalu menemani kita disaat kita senang maupun susah. Orang yang selalu rela menunggu meski kadang kita ninggalin dia. Orang dengan sejuta maaf buat kita, seberapapun besar kesalahan yang kita buat. Benarkah begitu?
Rasanya egois banget kalau kita selalu nuntut sahabat kita jadi seperti yang ada dalam definisi tadi, sedangkan kita nggak pernah bisa mahami gimana perasaan dia waktu dia harus nemenin kita yang lagi nangis bombay karena ada masalah, gimana perasaan dia waktu kita ninggal dia, dan gimana perasaan dia waktu kita nyakitin hati dia. Rasanya juga egois banget kalau kita selalu nuntut mereka, sedangkan kita sendiri nggak bisa nglakuin hal itu. Kita nyebut mereka sahabat, mereka juga nyebut kita sahabat, harusnya kita saling tahu dong? Disini yang punya keinginan nggak Cuma kita doang, tapi mereka juga.
Nggak baik juga kalo kita ngomong “kamu sahabat aku, harusnya kamu ngertiin aku dong, harusnya kamu ngalah dong.” Kita sahabat mereka juga kan? Kenapa kita nggak bisa sadar diri aja buat ngalah demi mereka? Kita sahabat mereka kan? Coba kalau mereka yang bilang gitu? Kita bisa apa? Balikin kalimat itu? Pyaar. Pecah deh.
Sebisa mungkin harusnya kita melihat dari dua sisi, selain dari sisi kita sendiri, kita juga harus bisa melihat dari sisi mereka, memahami perasaan mereka, mengerti apa yang mereka mau. Itu cara jadi sahabat yang baik. Sahabat itu nggak pernah nuntut, sahabat nggak pernah manfaatin sahabatnya demi kepentingan sendiri, sahabat nggak pernah egois. Walau saya sadar, kalau manusia nggak bisa lepas dari ego itu sendiri.
Tapi ada baiknya dicoba deh, ngalah buat sahabat. Kalau semua orang mikir kayak gitu, seru kali ya? Nggak bakal ada musuh-musuhan deh. :D
Saya sering gemes lihat orang yang musuh-musuhan, padahal dulunya mereka sahabat yang klop banget. Dan lebih gemesnya lagi, mereka musuh-musuhan gara-gara hal sepele dan nggak penting yang bernama ‘cowok’. Gimana nggak gemes juga? Cowok di dunia ini itu banyak banget, tinggal milih (walau belum tentu kamu dipilih #jlebb), ngapain juga cowok satu buat rebutan, nggak guna banget lagi, apalagi nih ya, rebutan sama sahabat sendiri. Rebutan sama orang lain yang nggak dikenal sih oke-oke aja. #eh. Yang penting inget ini aja, “wanita yang baik, untuk laki-laki yang baik.” Jadi santai aja, jodoh juga udah ada yang nentuin ini :p
Kok jadi ngomongin cowok ya? Haha. Ya udahlah, back to the topic aja.
Sahabat? Apalagi ya? Hmmmm.
Sahabat dan ego tadi ya. Saya sendiri sering ngerasa kalau ego adalah musuh terbesar saya. Ego selalu bisa nguasai diri saya dimanapun saya berada. Pengen menang sendiri gitu. Dan sahabat saya selalu jadi korban keegoisan saja.
Contoh sederhana aja, waktu kerja kelompok. Saya sering banget mendominasi, bukan hal yang baik, karena saya pengen ini-itunya sesuai keinginan saya. Saya selalu pengen sahabat-sahabat saya nuruti apa yang saya mau, tanpa peduli gimana pendapat mereka tentang kediktatoran saya.
Contoh lain, saya pengen sahabat-sahabat saya punya pendapat yang sesuai sama pendapat saya. Tentang apapun, termasuk tentang penilaian saya terhadap seseorang. Terus, saya juga sering cerita ini-itu, dan selalu mendominasi pembicaraan dengan cerita nggak penting saya tanpa pengen tahu gimana perasaan ataupun suasana hati sahabat saya itu.
Buruk banget kan? Sampai sekarangpun saya nggak bisa nemuin cara yang pas buat ngilangin sifat buruk saya tadi. Saya udah mencoba memahami perasaan sahabat saya, saya sudah mencoba melihat dari dua sisi, tapi keegoisan saya lebih kuat, dan kecuekan saya membuat keegoisan tadi makin lebih kuat. Mungkin ada saran untuk memperbaiki sifat saya?
Tapi entah kenapa, saya selalu suka melakukan hal-hal kecil untuk sahabat saya. Saya juga ikut seneng kalau sahabat-sahabat saya lagi seneng. Saya bisa jadi pendengar yang baik kalau sahabat saya lagi galau, walau nggak selalu bisa ngasih saran sih. Saya juga bisa tahu gimana suasana hati sahabat saya hanya dengan sekali interaksi. Saya orangnya peka, tapi terlalu cuek buat peduli sama hal-hal kecil yang kadang dianggap besar oleh orang lain.
Saya sering bertanya-tanya. Kalau sahabat-sahabat saya lagi nggak sama saya, mereka ngomongin apa tentang saya? Mungkin hal-hal buruk tentang saya? Kayak saya yang selalu dicurhati orang tentang keburukan sahabat mereka. Saya selalu pengen bisa baca pikiran orang. Biar saya tahu apa yang mereka pikirkan tentang saya. Dan saya bisa memperbaiki diri saya sendiri. Karena membaca pikiran adalah hal yang mustahil buat saya, maka dari itu saya suka orang yang blak-blakan, ngomong apa adanya, walau terkadang omongannya bisa nylekit dihati, tapi saya suka. Karena orang yang seperti itulah yang membuat saya (dan orang-orang lain) bisa tahu dimana letak kesalahan mereka, dan bisa memperbaiki kesalahan itu.
Jadi, thanks aja buat orang-orang yang suka to the point, yang bisa bikin orang-orang jadi pribadi yang lebih baik. Thanks juga buat omongannya yang jleb banget dihati. Haha.
(tapi sayangnya, saya belum menemukan orang seperti itu dalam hidup saya. Would you?)



17 Mei 2013
Rizki Firda Amalia
The Leaves

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Contoh Pidato Ketua Osis Dalam Rangka Perpisahan Kelas IX

29 Maret 2017

Tempat Singgah