Mendamba

Hujan datang lagi pagi ini, menyambutku dengan kerinduan yang mencekam, langit gelap, membuatku takut akan masa depan.
Tiba-tiba seperti ada yang bergemuruh dalam dadaku, hujan itu membuatku rindu, hujan itu membuatku kembali mendamba, tanpa peduli bahwa rasa ini hanya aku yang punya.
Hujan turun, langit digelantungi awan hitam, dia sembunyikan matahariku, dia yang juga membuat pagiku kelabu.
Aku sendiri, menunggu bersama sepi, tanpa ada yang benar-benar mau peduli.
Aku mencari, tersesat dalam sepi, sampai hati ini lelah pun tak kunjung kutemukan apa yang menjadi pengganjal hati.
Lalu semua mengalir begitu saja. Dia dekat, sangat dekat, ada di depan mata, tapi terasa begitu jauh, tak tergapai, walau aku berlari kencangpun dia tetap tak tergapai.
Aku tak tahu harus bagaimana, mungkin ini memanglah takdir yang ku punya, aku tak layak dicinta.
Tapi aku ingin bahagia, hanya untuk sebentar saja, menikmati cinta dari orang yang ku damba.
Bukan, bukan berarti aku ingin melupakan tugasku sebagai seorang hamba, aku hanyalah orang yang papa, tak pantas bagiku untuk melupakan Dia yang selalu memberiku cinta.
Aku tahu, aku bodoh. Aku selalu mencari cinta, sedangkan aku tahu bahwa aku sudah mendapatkan cinta yang lebih besar.
Tapi salahkah bila aku hanya ingin seperti mereka?




Rizki Firda Morata Martin
@kikyfirda
20 Januari 2014
Catatan kecil di kala hujan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Contoh Pidato Ketua Osis Dalam Rangka Perpisahan Kelas IX

29 Maret 2017

Tempat Singgah